Kamis, 24 Februari 2011

MEMAHAMI POTENSI KECERDASAN ANAK KITA, SEHINGGA MENJADI ANAK YANG IDEAL

”Tunjukkan Sayangmu, Wahai Ayah Ibu...!”

Assalamu’alaikum wr. wb.
Ayah Bunda yang kami sayangi….

Mempunyai anak yang ideal, yaitu anak yang sehat, cerdas, ceria, dan sholeh/sholekhah, merupakan harapan dan cita-cita semua orang tua. Namun demikian, harapan tersebut akan sulit terwujud apabila kita tidak pernah memahami anak kita dan saling bekerjasama antara kedua orang tua, lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Sebagai pembuka mari kita ingat pesan Rosululloh :

“Didik dan persiapkanlah anak-anakmu
karena mereka diciptakan
untuk hidup pada masa yang berbeda dengan masamu”
Nabi Muhammad SAW (571-634)

Semua orang tua pasti sayang pada anaknya. Namun demikian jika kita tidak mendasarinya dengan ilmu, maka sikap sayang yang kita berikan pada anak-anak kita bisa menjadi persoalan di kemudian hari. Artinya di sini, sebagai orang tua, kita harus selalu belajar, karena dengan belajar, kita dapat mengetahui kebutuhan anak-anak kita di masa mendatang, sehingga kita bisa menyiapkan, dan nantinya anak-anak kita bisa menghadapinya dengan lebih baik.

Untuk menggambarkan bagaimana anak belajar, sebelumnya mari kita renungkan kata-kata berikut:

Setiap Anak Belajar Dari Lingkungan Di Mana Ia Tinggal
“Children Learn What They Live With”
(Dorothy Low Nolte)

Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menentang
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas
Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah
Jika anak serba dimengerti, ia akan terbiasa menjadi penyabar
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri
Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai
Jika anak diterima oleh lingkungannya, ia akan terbiasa menyayangi
Jika anak diperlakukan dengan jujur, dia akan terbiasa melihat kebenaran
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan
Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian:
“Sungguh Indah Dunia Ini!”

Ayah Bunda yang kami sayangi….

Sebelum melangkah lebih jauh, yang pertama kita pahami adalah potensi kecerdasan anak-anak kita. Karena kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Alloh SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus. Kecerdasan terletak pada otak kita, maka mari kita lihat Pertumbuhan dan Perkembangan Otak manusia.

Pertumbuhan fisik otak

Pada saat manusia berumur 0 – 6 tahun, otak tumbuh mencapai = 90 %
Kemudian pada umur 6 – 12 tahun, bertambah 10 % menjadi sempurna.
Perkembangan kecerdasan kognisi otak
Saat manusia berumur 0 – 4 tahun, kecerdasan sudah mencapai 50 %
Kemudian umur 4 – 8 tahun, bertambah 30% menajadi 80%.
Dan pada umur antara 8 – 18 tahun otak berkembang hanya 20 %.
(sumber : Dr. Osborn. Dr. White, dan DR. Bloom)

Pada perkembangan otak manusia, terbagi pada bagian otak kanan dan otak kirinya. Otak kiri memiliki karakter menyimpan potensi kecerdasan IQ dan otak kanannya menyimpan kecerdasan EQ dan SQ. Agar lebih jelas, bisa kita lihat skema potensi kecerdasan pada otak kanan dan kiri.

Potensi Kecerdasan Manusia


Ayah Bunda yang kami sayangi….

Dalam otak kita, fungsi kecerdasan berada pada bagian Otak Kiri dan Kanan, dan setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang bermacam-macam, seperti :

1. Kecerdasan bahasa ->yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
2. Kecerdasan logika-matematika -> yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
3. Kecerdasan visual-spasial -> yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
4. Kecerdasan musikal -> yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
5. Kecerdasan intrapersonal -> kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
6. Kecerdasan interpersonal -> kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
7. Kecerdasan naturalis-> yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan lingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
8. Kecerdasan kinestetik-> yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, & gerakan tubuh
9. Kecerdasan Intuisi ->kecerdasan ingatan yang tidak disadari, yang dapat dilatih melalui berbagai permainan sosial, permainan tanpa alat peraga (dolanan), sehingga perasaan menjadi peka.
10. Kecerdasan spiritual -> yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.

Secara fitrah pada anak usia dini, otak KANAN berkembang terlebih dahulu, sehingga untuk mereka, pendidikan seharusnya melalui fungsi otak kanan, yaitu dengan cara : MENYANYI, BERMAIN, MENARI, MENGGAMBAR, yang semua itu bagi anak, sangatlah menyenangkan. Sehingga sangat wajar apabila mereka sangat menyukai hal ini.

Otak Kanan kita menyimpan potensi kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ), sedangkan Kecerdasan Intelektual tersimpan paling banyak dalam otak kirinya.

Ayah Bunda yang kami sayangi….

Namun demikian tampaknya masih ada sebagian orangtua yang beranggapan bahwa yang penting bagi anak adalah belajar. Bahkan ada orangtua yang tidak terlalu senang bila anaknya bermain. Seolah bermain adalah sesuatu yang kurang penting dan membuang waktu. Itu pula sebabnya sebagian orangtua beranggapan bahwa orangtua hanya berkewajiban mendidik anak pada saat menemaninya belajar dan menyiapkan pelajaran sekolahnya. Tidaklah perlu menemani anak bermain. Ini juga pendapat yang kurang tepat, karena pada anak usia dini misalnya, bagi mereka bermain adalah belajar, dengan bermain itulah sebenarnya anak belajar. Jadi dampingilah dan berikan permainan yang mendidik.

Janganlah kita mengambil hak dan kebutuhan anak dalam belajar (MENYANYI, BERMAIN, MENARI, BERCERITA dan MENGGAMBAR). Karena dengan membebaninya dengan cara belajar yang tidak sesuai dengan fitrahnya, misalnya dengan cara skolastik (anak duduk, diam, dalam waktu yang lama, dan TIDAK MENYENANGKAN !), HANYA akan membuat anak kita BISA, tetapi TIDAK SUKA, padahal jika anak tidak suka lagi belajar, maka itulah awal kegagalan kehidupannya, karena belajar dapat terhenti ditengah jalan, sebelum ia paham sehingga pelajaran yang diterimanya tidak terbawa dalam perilakunya dikemudian hari. Anak-anak yang demikianlah yang akan menjadikan BEBAN, bagi orang tua dan lingkungannya.

Namun jika pembelajaran pada anak MENYENANGKAN, sesuai dengan tahapan yang tepat, maka akan menjadikannya BISA dan SUKA, walaupun akan membutuhkan kesabaran dan waktu yang lebih lama. Namun demikian dengan modal SUKA belajar itulah, yang nantinya akan membuat anak CERDAS, PAHAM tentang ilmu yang dipelajarinya, kemudian mengamalkan nilai-nilai yang dipahaminya.

Ayah Bunda yang kami sayangi….

Ki Hajar Dewantoro mengatakan :

…keluarga itulah tempat pendidikan yang lebih sempurna sifat dan wujudnya
daripada pusat-pusat lainnya,
untuk melangsungkan pendidikan kearah kecerdasan budi pekerti
(pembentukan watak individuil)
dan sebagai persediaan hidup kemasyarakatan…

Secara fitrah, sebenarnya seorang anak belajar tentang Kecerdasan Spiritual (SQ) dahulu, kemudian Kecerdasan Emosional (EQ), kemudian Kecerdasan Intelektual (IQ). SQ, EQ dan IQ pertama kali diberikan oleh orang tuanya pada lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa ”Semakin tinggi IQ seseorang, ternyata EQ (Kecerdasan emosinya)nya menjadi rendah” dan ternyata ”Kontribusi IQ dalam kesuksesan di dunia HANYA 20% saja. Sedangkan peran EQ ternyata mencapai 80% untuk meraih kesuksesan.

Sehingga dengan IQ (20%) + EQ (80%) menjadi 100%, Genap sudah......

Namun untuk membuat hidup menjadi bermakna dan bahagia dunia akhirat diperlukan SQ (Kecerdasan Spiritual)

Kapan kita mengajarkannya SQ dan EQ pada anak? Sedini mungkin, bahkan pada saat anak dalam kandungan. Dimana? Keluarga adalah lingkungan pertama. Oleh siapa ? Kedua orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Sehingga dalam berbagai pendapat para ahli dikatakan :

Dalam pendidikan SQ, EQ dan IQ, peran orang tua dan lingkungan keluarga mencapai 60%, lingkungan bermain 20% dan lingkungan sekolah 20%. Namun jika peran pendidikan dalam keluarga tidak terpenuhi, maka peran pendidikan akan diambil oleh lingkungan bermainnya, BUKAN lingkungan sekolah.

Pertanyaan kita sekarang adalah : Bagaimanakah lingkungan bermain anak-anak kita? Jika lingkungan kita kurang baik, relakah anak-anak kita dididik oleh lingkungannya sekarang ini?

Jadi, Ayah Bunda yang kami sayangi, betapa beratnya beban anak-anak kita nantinya, jika ia tidak mendapatkan pendidikan yang terbaik dari orang tuanya, yang berupa ASUH, ASIH dan ASAH.

Ayah Bunda yang kami sayangi….

Selamat Belajar, semoga kita semua berhasil mengASAH, ASIH dan ASUH anak-anak-anak kita, Sehingga nantinya menjadi anak yang Sholeh/ah, yang menjadi 'KEKAYAAN' kita dikemudian hari.

Wassalamu’alaikum wr. wb.


Disampaikan oleh : Dedy Andrianto

Pada SEMINAR PARENTING
JSIT Kabupaten Sragen, Ahad 19 Oktober 2008

Minggu, 20 Februari 2011

LAGU ANAK USIA DINI


Dengan rahmat Allah SWT saya mempersembahkan karya kumpuan lagu pendidikan anak usia dini.
VCD ini terlahir adanya respon banyaknya para pendidik yang kurang kreatif dalam membuat atau bahkan menciptkan lagu dan musik.
Sejatinya anak usia dini suka dengan musik. Di dalamnya terdapat 26 lagu pendidikan yang di kemas dengan pemahaman untuk anak dini.

Bagi para pendidik ataupun praktisi pendidikan anak usia dini yang ingin mendapatkan VCD lagu anak tersebut bisa menghubungi saya secara pribadi atau Lukni Maulana (081225761827).

Tentunya pula ikuti pelatihan trainingnya, "Mendidik anak melalui musik", hubungi saya ya...bonus VCDnya...ok.
Hidup untuk sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

MEMAHAMI HAK ANAK DAN POTENSI KECERDASAN ANAK USIA DINI


Sebuah Pengantar......
Mempunyai anak yang ideal, yaitu anak yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia, merupakan harapan dan cita-cita semua orang tua dan guru.
Namun demikian, harapan tersebut akan sulit terwujud apabila kita tidak pernah memahami anak dan saling bekerjasama antara orang tua, lingkungan sekolah dan masyarakat.

Untuk menggambarkan bagaimana anak belajar, mari kita renungkan kata-kata berikut :

Setiap Anak Belajar Dari Lingkungan Di Mana Ia Tinggal
“Children Learn What They Live With”
(Dorothy Low Nolte)

Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia akan terbiasa menantang
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas
Jika anak banyak dikasihani, ia akan terbiasa meratapi nasibnya
Jika anak dikelilingi olok-olok, ia akan terbiasa menjadi pemalu
Jika anak dikitari rasa iri, ia akan terbiasa merasa bersalah.
Jika anak serba dimengerti, ia akan terbiasa menjadi penyabar
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri
Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai
Jika anak diterima oleh lingkungannya, ia akan terbiasa menyayangi
Jika anak diperlakukan dengan jujur, dia akan terbiasa melihat kebenaran
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan terbiasa melihat keadilan
Jika anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian:
“Sungguh Indah Dunia Ini!”

Tentang Hak Anak

Sebagai orang yang merasa sudah dewasa, kadang kita tidak menganggap bahwa anak-anak di sekitar kita juga manusia yang memiliki keinginan, pendapat,
Dalam UU Perlindungan Anak, pasal 1, yang dimaksud dengan anak adalah :.
…..setiap manusia yang belum berumur 18 tahun kecuali, berdasarkan undang-undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih dulu.
Konvensi Hak Anak (KHA)
Empat Prinsip KHA
Memberikan kepentingan terbaik untuk semua anak. Jadi semua hal yang dilakukan orang dewasa disekitarnya, harus selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan yang terbaik anak (kesehatan, keamanan, kenyamanan anak)
Perkembangan dan Kelangsungan hidup.
Perkembangan merupakan stimulasi yang diberikan pada seorang anak melalui pendidikan yang sesuai dengan psikologi perkembangannya, karakter dan potensi masing-masing anak.
Kelangsungan hidup, merupakan upaya menjaga aspek pertumbuhan seorang anak, sehingga dapat tumbuh dengan sehat, sebagai modal kelangsungan hidupnya.
Menghargai pendapatnya, adalah upaya orang dewasa lingkungan sekitar anak, dalam mendengarkan dan memberikan penghargaan kesempatan, baik bicara, berpendapat, menyatakan keinginan maupun ungkapan perasaan.
Tidak diskriminatif, adalah langkah perlakuan keadilan bagi semua anak, tanpa memilih-milih berdasarkan suku, agama, ras, golongan dll.

Lagu Konvensi Hak Anak (KHA)
(lirik dinyanyikan dengan irama lagu ”burung hantu”)

Empat prinsip KHA, mari kita t’rapkan
Kepentingan terbaik, untuk semua anak
Perkembangan, kelangsungan hidup
Hargai pendapatnya
Non diskriminasi

Sebelum melangkah lebih jauh, sebagai seorang pendidik PAUD dan orang tua, kita harus memahami potensi kecerdasan anak, yang akan menjadi modal untuk mewujudkan anak yang ideal. Dan tentunya semua potensi itu tersimpan dan bagian tubuh yang sangat penting, yaitu OTAK kita.
Untuk itu, mari kita pelajari otak manusia, sebagai modal kecerdasan.
Pertumbuhan fisik otak
Pada saat manusia berumur 0 – 6 tahun, otak tumbuh mencapai = 90 %
Kemudian pada umur 6 – 12 tahun, bertambah 10 % menjadi sempurna.
Perkembangan kecerdasan kognisi otak
Saat manusia berumur 0 – 4 tahun, kecerdasan sudah mencapai 50 %
Kemudian umur 4 – 8 tahun, bertambah 30% menajadi 80%.
Dan pada umur antara 8 – 18 tahun otak berkembang hanya 20 %.
(sumber : Dr. Osborn. Dr. White, dan Dr. Bloom)

Sedemikian cepat masa pertumbuhan dan perkembangan otak, maka pada masa ini disebut sebagai masa emas atau the golden age, yang berarti masa yang sangat berharga. Masa 0 – 8 tahun ini juga sekaligus masa yang sangat kritis : secara fisik mudah sakit, dan secara psikis mudah terpengaruh lingkungannya.
Pada masa perkembangan otak manusia umur 0 – 8 tahun yang telah mencapai 80 % ini, secara alamiah ternyata OTAK KANAN berkembang terlebih dahulu, kemudian baru otak kirinya.
Jadi untuk dapat memahami pendidikan anak usia dini (PAUD Formal : TK, RA, PAUD Non Formal : TPA, KB, dan PAUD Informal serta SD kelas awal : kls 1 - 3), maka kita harus memberikan stimulasi perkembangan melalui FUNGSI otak kanannya dengan porsi yang lebih banyak. Menurut para ahli otak, salah satunya Tony Buzan, pada anak usia 0 - 8 tahun fungsi otak kanan berkembang mencapai 80 %, sedangkan otak kiri ; 20%. Selain itu tentunya kita harus tahu karakter anak usia dini dalam belajar.

Karakter belajar itulah yang nantinya akan dijadikan sebagai modal anak untuk dapat menemukan potensi-potensi kecerdasannya.
Kecerdasan menurut Prof. Gardner ada 8 macam. Namun saat ini, dalam perkembangan kecerdasan otak manusia, bertambah menjadi 10 potensi kecerdasan manusia. Kecerdasan tersebut diantaranya adalah :

1. Kecerdasan bahasa ->yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, dan bercerita
2. Kecerdasan logika-matematika -> yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk, menganalisis data & bermain dengan benda-benda
3. Kecerdasan visual-spasial -> yaitu kemampuan dalam memahami ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok-balok dan bentuk-bentuk geometri melengkapi puzzle, menggambar, melukis, menonton film maupun bermain dengan daya khayal (imajinasi).
4. Kecerdasan musikal -> yang dapat dirangsang melalui irama, nada, birama, berbagai bunyi & bertepuk tangan
5. Kecerdasan intrapersonal -> kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol diri dan disiplin
6. Kecerdasan interpersonal -> kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia (berkawan) yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bekerjasama, bermain peran, dan memecahkan masalah serta menyelesaikan konflik
7. Kecerdasan naturalis-> yaitu mencintai keindahan alam, yang dapat dirangsang melalui pengamatan l
ingkungan, bercocok tanam, termasuk mengamati fenomena alam seperti hujan
8. Kecerdasan kinestetik-> yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, & gerakan tubuh
9. Kecerdasan Intuisi ->kecerdasan ingatan yang tidak disadari, yang dapat dilatih melalui berbagai permainan sosial, permainan tanpa alat peraga (dolanan), sehingga perasaan menjadi peka.
10. Kecerdasan spiritual -> yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Tuhan, yang dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral dan agama.

Cobalah pahami kembali potensi kecerdasan pada otak KANAN (karena berkembang terlebih dahulu), sehingga untuk mereka, pendidikan seharusnya melalui fungsi otak kanan, yaitu dengan cara : MENYANYI, BERCERITA, BERMAIN, MENARI, EKSPLORASI dan MENGGAMBAR. Sehingga normal dan sangat wajar apabila mereka sangat menyukai hal ini.
Janganlah kita mengambil hak dan kebutuhan anak usia dini dalam belajar.
Karena dengan membebaninya dengan cara belajar yang tidak sesuai dengan fitrahnya, misalnya dengan cara skolastik (anak duduk, diam, dalam waktu yang lama, dan TIDAK MENYENANGKAN !), HANYA akan membuat anak-anak BISA, tetapi beberapa lama berikutnya menjadi TIDAK SUKA, padahal jika anak tidak suka lagi belajar, maka itulah awal kegagalan kehidupannya, karena pelajaran yang diterimanya tidak terbawa dalam perilakunya dikemudian hari, sehingga anak yang demikian akan menjadi BEBAN, bagi orang tua dan lingkungannya.
Namun jika pembelajaran pada anak MENYENANGKAN, sesuai dengan tahapan yang tepat, maka akan menjadikannya BISA dan SUKA, walaupun akan membutuhkan kesabaran dan waktu yang lebih lama. Namun demikian dengan modal SUKA belajar itukah, yang nantinya akan membuat anak CERDAS dan PAHAM tentang ilmu yang dipelajarinya.
Untuk itu, marilah para pendidik PAUD dan orang tua, berupaya mewujudkan cara belajar yang sesungguhnya sesuai dengan fitrah anak (yang sudah menjadi rujukan semua negara-negara yang paham pendidikan), yaitu dengan menyiapkan pembelajaran sesuai dengan karakteristik, potensi dan tahapan-tahapan usia dan psikologi belajar anak.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah dalam pembelajaran anak usia dini mengandung 3 jenis main :
Main Sensorimotor : Bermain menggunakan optimalisasi seluruh indera dan koordinasi motorik halus maupun motorik kasar.
Main Simbolik/Peran : Bermain peran dengan perumpamaan dan imajinasi yang berkembang
Main Pembangunan : Bermain membangun pengetahuan serta pemahaman anak, dari mulai hal yang mudah menuju ke yang sulit, dari yang dekat (konkrit) menuju yang jauh (abstrak). Main dengan Aturan ke Membaca : Bermain untuk mengenal aturan, tanggung jawab sosial, pemahaman yang lebih detail dari konsep (bentuk, jumlah, tulisan dll), menuju simbol dan membaca huruf dan lain-lain..
Dari dasar di atas, maka hendaknya para pendidik dan orang tua, memahami dan akan bijaksana apabila kita menyiapkan kegiatan belajar dengan suatu pendekatan belajar anak yang memberikan penekanan-penekanan serta prioritas pada potensi dan karakter anak, sehingga meski cara belajar anak disetiap usia berbeda-beda, namun TETAP dengan pengembangan aspek-aspek yang sama (fisik motorik, kognisi, sosial emosional, bahasa, seni, moral agama) secara utuh dan menyeluruh.

Kesimpulan
Memahami hak anak, karakter, gaya belajar, dan potensi kecerdasan anak, menjadi prinsip belajar anak di PAUD, yaitu : ”Berpusat pada anak”
Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan melalui potensi otak kanan, juga menjadi prinsip belajar anak PAUD, yaitu : “Belajar dengan cara Bermain”
Marilah kita wujudkan pembelajaran anak yang menyenangkan, sebagai modal mengembangkan potensi kecerdasannya. Dan sekali lagi perlu diingat bahwa bahwa kecerdasan bukan hanya Kecerdasan Intelektual (IQ), melainkan ada kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual (SQ)

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa ”Semakin tinggi IQ seseorang, ternyata EQ (Kecerdasan emosinya) menjadi rendah” dan ternyata ”Kontribusi IQ dalam kesuksesan di dunia HANYA 20% saja.
Sedangkan peran EQ ternyata mencapai 80% untuk meraih kesuksesan.
Sehingga dengan IQ (20%) + EQ (80%) menjadi 100%, Genap sudah......
Namun untuk membuat hidup menjadi bermakna dan bahagia dunia akhirat diperlukan SQ (Kecerdasan Spiritual)

Untuk mewujudkan kesimbangan tersebut diperlukan pendidikan yang tepat di 3 tempat, yaitu : Pendidikan Sekolah, Lingkungan, dan Keluarga, dengan peran yang berbeda :
Peran Pendidikan Sekolah = 20 %
Pendidikan Lingkungan = 20 %
Pendidikan Keluarga = 60 %
Namun ada yang perlu diperhatikan oleh orang tua, jika 60% peran yang dipegang oleh orang tua tersebut tidak diberikan, maka peran tersebut akan diambil oleh LINGKUNGANnya, bukan sekolah. Pertanyaan kita adalah : SIAPKAH dan RELAKAH peran itu diambil oleh lingkungan? Bagaimanakah lingkungan anak saat ini ?